Karirnya diawali dengan mengikuti kompetisi di kompetisi regional Karibia, dia mengikuti lomba 400 dan 200 meter di 2001 CARIFTA Games. Lalu dia mengikuti IAAF World Youth Championship di Debrecen, Hungaria. Meski gagal melangkah ke final, dia mencatatkan waktu terbaik personalnya 21,73 detik. Bolt juga menjadi satu dari delapan atlet (bersama dengan Valerie Adams, Veronica Campbell-Brown, Jacques Freitag, Yelena Isinbayeva, Jana Pittman, dan Dani Samuels) yang memenangi kompetisi di level pemuda, junior, dan senior di level atletik. Talentanya juga sudah terendus dan dia pindah ke Kingston, Jamaika bersama dengan Jermaine Gonzalez, jadi dia dapat berlatih dengan Jamaican Amateur Athletic Association (JAAA) di University of Technology, Jamaika.
Pada 2002, dia mengikuti World Junior Championship dan memenangi sprint 200 meter dan menjadi sprinter termuda yang memenangi World Junior Championship pada usia 15 tahun. Dia juga anggota dari tim Jamaika di lomba 4x100 meter dan 4x400 meter dan memenangi medali perak. Kemudian pada 2003, Sukses dirinya membawa 4 medali emas pada CARIFTA Games membuatnya meraih Austin Sealy Trophy sebagai atlit yang paling mengagumkan pada CARIFTA Games. Dia juga kembali meraih medali emas di World Youth Championship. Kemenangannya itu semakin lengkap setelah dia juga memecahkan rekor di 200 meter World Youth Championship dengan catatan 20,40 detik. Michael Johnson, pemegang rekor 200 meter saat itu, menyatakan bahwa Usain Bolt punya potensi tetapi khawatir dengan tekanan yang berlebihan yang diarahkan kepada Bolt. Pada tahun yang sama pula dia mendapat penghargaan atas prestasinya yaitu IAAF Rising Star 2002. Pada final Jamaican High School Championship, dia juga mematahkan rekor kejuaraan tersebut dengan catatan waktu 20,25 detik di lomba 200 meter dan 45,35 di 400 meter. Kemudian di Pan American Junior Championship dia mematahkan rekor Roy Martin di lomba 200 meter dengan catatan waktu 20,13 detik. Kesuksesannya pada lomba 200 meter dan 400 meter membuatnya digadang-gadang bakal menjadi suksesor Michael Johnson. Apalagi, Bolt yang masih berusia 16 tahun catatan waktunya tidak dapat disamai oleh Michael Johnson hingga usia Johnson menginjak 20. Bolt menjadi populer di tanah airnya, dan Howard Hamilton, orang yang memberikan perintah pada Public Defender oleh pemerintah, mendesak JAAA untuk mendidik Bolt dan mencegah pemadaman, dengan menyebut Bolt sebagai sprinter yang paling fenomenal yang pernah dihasilkan oleh Jamaika. Tetapi, popularitas dan atraksi di ibukota Jamaika membuatnya mulai membebani dirinya sebagai sprinter muda. Bolt menjadi tidak fokus pada karir atletiknya dan mulai makan makanan cepat saji, bermain basket, dan berpesta di klub di Kingston. Karena kehidupannya yang tidak disiplin membuatnya menjadi semakin bergantung pada kemampuan alaminya untuk mengalahkan lawan-lawannya di trek. Setelah menguasai trek 200 meter di World Youth dan World Junior Championship, dia ikut serta di World Senior Championship di Paris. Dia mengalahkan semua pendatang di 200 meter pada trial. Tetapi, dia mendapat cedera sebelum World Senior Championship dan membatalkan semua jadwal latihannya. Sadar bahwa Bolt tidak dalam kondisi maksimal, JAAA melarangnya tampil dengan alasan masih terlalu muda dan kurang berpengalaman. Kehilangan kesempatan di World Senior Championship, Bolt mengarahkan fokusnya untuk merebut tempat di tim Olimpiade Jamaika dan mendapat IAAF Rising Star Award 2003.
Karir profesionalnya baru benar-benar dimulai pada 2004, sejak dia mulai dilatih oleh Fitz Coleman. Diawali di CARIFTA Games di Bermuda, dia menjadi junior pertama yang sukses mencapai finis di bawah 20 detik tepatnya 19,93 detik. Berkat hasil itu, dia meraih Austin Sealy Trophy. Tetapi cedera memaksanya tidak tampil di World Junior Championship karena cedera hamstring tetapi dia masih terpilih untuk skuad Jamaika dalam Olimpiade. Pada Olimpiade Athena 2004, dia datang dengan optimisme tinggi. Namun cedera memaksanya tersingkir di babak awal dengan waktu yang sangat mengecewakan 21,05 detik. Kemudian, beberapa perguruan tinggi di Amerika menawarkan kerja sama pada Bolt, tetapi ditolak olehnya. Bolt masih memilih untuk berlatih di University of Technology, Jamaika.
Pada 2005, dia memulainya dengan berganti pelatih. Pelatihnya yang baru adalah Glen Mills. Bolt mengawali latihannya dengan Mills dengan bersiap untuk menghadapi musim atletik berikutnya dengan berlatih dengan sprinter seperti Kim Collins dan Dwayne Chamber. Di tahun ini, dia mencatat musim terbaiknya di London's Crystal Palace, dengan berlari dengan waktu 19,99 detik. Kemudian dia bersiap menghadapi World Championship di Helsinki. Bolt merasa bahwa etika kerja dan atletismenya meningkat dibandingkan dengan pada Olimpiade Athena 2004 sehingga dia melihat World Championship sebagai ekspetasinya. Pada babak kualifikasi, dia sukses melangkah ke babak final. Tetapi di babak final, cedera memaksanya finis di urutan paling buncit. Lalu pada 2006, cedera memaksanya mundur dari Commonwealth Games di Melbourne, dan tidak kembali ke trek hingga bulan Mei. Kemudian, saat kembali ke kompetisi, dia meraih rekor pribadinya 19,88 detik saat mengikuti Athletissma Grand Prix di Lausanne, Swiss meski hanya finis di posisi tiga. Kemudian dia meraih medali perunggu di IAAF World Championship di Stuttgart, Jerman dan meraih perak saat di IAAF World Cup di Athena, Yunani. Kemudian pada 2007, Bolt kering kemenangan. Pada World Championship di Osaka, dia hanya meraih perak begitu pula saat membela Jamaika pada lomba 4x100 meter timnya masih belum dapat mengalahkan Amerika Serikat.
Setelah tanpa kemenangan, pada 2007. Pada 2008, dia mulai memecahkan rekor. Pada 3 Mei 2008, dia mencatat waktu 9,76 detik melewati rekor pribadinya 10,03 detik. Waktu itu hanya berselisih 0,02 detik dari rekor Asafa Powell. Hingga Tyson Gay, sang rival, memuji dirinya atas catatan yang luar biasanya itu. Dia juga mengejutkan Michael Johnson akan perkembangannya. Bolt sendiri juga terkejut akan raihannya itu, tetapi sang pelatih, Glen Mills, yakin bahwa waktu untuk memecahkan rekor akan datang. Prediksi Mills menjadi kenyataan ketika Bolt mencatatkan rekor dunia 100 meter dengan waktu 9,72 detik di Reebok Grand Prix yang diadakan di Icahn Stadium, New York. Kemudian di Olimpiade Beijing 2008, dia memutuskan untuk mengikuti ajang 100 meter dan 200 meter. Kemudian di final 100 meter dia mencatatkan rekor dunia baru, 9,69 detik mematahkan rekornya sendiri di Reebok Grand Prix. Hebatnya, kemenangan Bolt di 100 meter cukup jauh dengan jarak runner up, Richard Thompson yang mencatatkan waktu 9, 89 detik. Pada ajang 200 meter lagi-lagi dia memecahkan rekor dunia dengan waktu 19,30 detik. Hal itu sekaligus mencatatkan Bolt menjadi satu-satunya sprinter yang mampu memecahkan 2 rekor dalam 1 olimpiade. Kemudian, dia membantu tim Jamaika meraih medali emas di balapan 4x100 meter. Bersama dengan tim Jamaika itu, dia juga menorehkan rekor dengan catatan 37,10 detik. Kemudian dia memperoleh IAAF Male Athlete of the Year dan Special Olympic Award karena prestasinya di olimpiade.
Pada 2009, dia mengawali tahun dengan lomba 400 meter di Kingston dan meraih waktu 45,54 detik. Kemudian di balapan jalan di Manchester Great City Games, dia meraih waktu 14,35 detik di trek 150 meter. Waktu itu menjadi waktu tercepat di lintasan 150 meter. Kemudian di World Championship di Berlin, dia memenangi lomba 100 meter dan kembali memecahkan rekor atas namanya sendiri dengan waktu 9,58 detik. Di lomba 200 meter pun, dia memecahkan rekornya sendiri dengan waktu 19,19 detik dan menciptakan margin terjauh karena posisi runner-up ke belakang mencatat waktu 19,90 detik.
Pada 2010, dia mengikuti IAAF Diamond League untuk pertama kalinya. Meski gagal melewati rekor Michael Johnson di 300 meter dia tetap memenangi adu sprint tersebut. Dan pada tahun yang sama dia juga mengalami kekalahan kedua sepanjang karirnya dari Tyson Gay setelah kekalahannya dari Asafa Powell di arena yang sama.
Pada 2011, dia mengikuti Daegu World Championship. Pada lintasan 100 meter, dia dikalahkan rekan senegaranya Yohan Blake. Tetapi, pada 200 meter dia memenangi balapan. Dan dia juga membantu Jamaika memenangi lomba 4x100 meter.
Pada 2012, dia menjadi peserta di Olimpiade London. Dia mengikuti lomba 100 dan 200 meter. Dan dia sukses mempertahankan medali emas di 100 meter dan 200 meter. Hal ini membuatnya menjadi atlet sprint pertama yang sukses mempertahankan medali emas di 100 meter dan 200 meter. Kemudian, dia bersama Yohan Blake, Nesta Carter, dan Michael Frater memenangi emas 4x100 meter sekaligus memecahkan rekor dengan catatan waktu 36,84 detik.
Jumbo Casino Mobile App - JTHub
BalasHapusMobile gambling 경상북도 출장샵 is not only legal 전주 출장안마 in the US, but worldwide! Jumbo 이천 출장샵 Casino is 창원 출장샵 one of the most popular casinos 양주 출장샵 around. As you can imagine, you'll be greeted